#navbar-iframe { height: 0px; visibility: show; display: on; }

Jumat, 29 Januari 2010

Al-Qur'an Tidak ada Sesuatu Seperti Dia

Oleh: Asy-Syahid Hasan Al-Banna


Ass sahabat blogger muslim.. dibawah ini ada artikel menarik dan sangat bagus untuk dibaca, direnungi dan dihayati, menambah wawasan tentang makna Al-Qur’an yang menjadi petunjuk dalam kehidupan kita sehari-hari. Artikel ini saya ambil dari www.dakwatuna.com

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.
Kita memulai dengan cara yang paling baik. Maka saya ucapkan,
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Amma ba’du.

Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada satu organ, jika ia baik, maka seluruh badan menjadi baik, tetapi jika ia rusak, maka seluruh badan juga rusak. Itulah hati. Kedudukan hati ini, Ikhwan sekalian, ibarat kedudukan penunjuk jalan menuju jalan kebenaran, kepada orang yang tersesat di persimpangan jalan.Jika hati seseorang baik, maka hati umat menjadi baik, dan umat tersebut bisa membangun sarana untuk membimbing dunia kepada keselamatan dan cahaya. Allah swt. telah menangani perbaikan hati dengan petunjuk-Nya dan dengan meliputkan perhatian-Nya. Allah juga menjadikan keteraturan dan kebahagiaan di dunia tergantung kepada berubahnya hati dari kebodohan kepada ilmu dan dari kejahatan kepada kebaikan. Bangsa Arab merupakan contoh terbaik mengenai perwujudan kaidah ini.

Petunjuk Allah yang datang melalui lisan Muhammad saw. dan perhatian-Nya yang berujud kitab Al-Qur’anul Karim, telah mendidik hati orang-orang bodoh itu sehingga menjadi manusia yang paling berilmu; merasuki had orang-orang yang tak beralas kaki dan tak berbusana itu sehingga menjadi orang-orang yang menyebarkan kebaikan dan kasih sayang serta delegasi-delegasi keadilan dan toleransi. Had mereka yang gelap, bercahaya dengan cahaya aqidah, lantas mereka berpencar ibarat sinar-sinar cemerlang yang menerangi penjuru dunia.

Demikianlah, wahai Akhi, daulah dan masyarakat Islam ideal yang penuh dengan kebaikan dan keadilan itu terbangun dan terwujud. Kita tidak akan mungkin kembali kepada kebaikan semacam ini kecuali bila kembali mengindahkan ajaran kitab kita dan perintah-perintahnya, kemudian melaksanakan segala ajaran yang dikandungnya dalam seluruh aspek kehidupan kita. Alhamdulillah, ini berjalan meningkat. Kehidupan terus berkembang. Pemikiran juga terus berkembang. Apa pun teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan, apa pun rahasia yang telah disingkapkan oleh para penelid, kita mendapad bahwa hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash Al-Qur’an dan kaidah-kaidahnya. Bahkan, kadang-kadang kita menemukan nash yang bersesuaian dengannya atau ayat yang berkaitan dengan penemuan itu.

Ikhwan semua…
Titik perubahan dalam diri pribadi, jamaah, dan umat adalah pengetahuan tentang Allah swt. Para Nabi adalah penyeru-penyeru yang mengajak kepada pengetahuan ini dan yang aktif berjuang menganjurkan manusia kepada kebaikan dan menunjuki mereka ke jalan yang benar.
Karena Islam adalah agama fitrah,

“(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Ar-Rum: 30)

Maka ia menyuguhkan kebaikan dan kebenaran kepada umat manusia berwujudkan perhiasan dunia yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam dan fitrah yang sehat.
Ikhwan sekalian…
Zuhud adalah sikap yang baik, kehidupan bersahaja adalah sikap yang baik, berdiam melaksanakan ibadah dengan tekun adalah baik, akan tetapi manusia mempunyai nafsu dan ia tercipta dengan karakter mempunyai minat. Bisakah ia menjadikan kehidupannya kering dengan kezuhudan yang sempurna? Bisakah ia membersihkan dirinya dari kecintaan kepada dunia lantas mengorbankan apa saja?
Bisakah ia senantiasa berdiam dan melaksanakan ibadah dengan mematikan nafsunya?
Allah swt. telah mengetahui bahwa itu merupakan hal yang mustahil diwujudkan oleh manusia yang lemah. Maka Allah menjadikan agama yang lurus ini berjalan sesuai dengan fitrah sehat dan mengakui perhiasan kehidupan dunia yang sesuai dengan syariah.

“Katakanlah, ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (Al-A’raf: 32)

Manusia harus berinfak dan mengeluarkan zakat, tetapi dengan ukuran tertentu. Barangsiapa yang berzakat dan berinfak lebih dari kadar yang diharuskan, maka berarti kadar keimanan yang dimilikinya lebih besar. Dan barangsiapa yang tidak demikian, ia tidak melanggar batas dan tidak termasuk orang yang berdosa. Ia berkewajiban melaksanakan ibadah yang tidak memberatkan dirinya.

“Barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.” (Al-Baqarah: 184)

dan barangsiapa tidak berbuat demikian, tidaklah berdosa.
Wahai Akhi…
Demikianlah ajaran-ajaran agama kita yang lurus ini berjalan selaras dengan hukum alam dan tabiat manusia. Karena itu, Islam layak menjadi risalah terbaik, dan para pemeluknya layak menjadi umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.
Amma ba’du.
Ikhwan sekalian…
Kita akan kembali kepada pembicaraan tentang kitab Allah swt. dan berbagai hukum yang terkandung di dalamnya, serta mukjizat dan penjelasan yang terangkai dalam kalimat-alimatnya.
Ikhwan sekalian…
Kita telah sampai pada penafsiran ayat-ayat berikut:

“Sesungguhnya Allah tiada malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, ‘Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?’. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang yang merugi.” (Al-Baqarah: 26-27)

Ikhwan semua…
Al-Qur’anul Karim senantiasa memberikan kejelasan, berbicara kepada hati, menggerakkan perasaan, dan mendekatkan kepada penalaran. Karena itu, ia kaya dengan perumpamaan-perumpamaan sebagai petunjuk yang bisa diraba dan di indra, baik tentang keesaan, keagungan, maupun kehebatan karya Allah swt. dan yang menunjukkan bahwa barangsiapa kafir, berarti ia telah menyulitkan diri sendiri, tersesat, membangkang, dan menzhalimi haknya sendiri maupun hak manusia. Orang-orang kafir pernah berusaha untuk memperolok perumpamaan-Perumpamaan ini: kadang-kadang perumpamaan dengan laba-laba, lalat, dan perumpamaan-perumpamaan lainnya.

Maka datanglah jawabannya di dalam ayat-ayat ini. Perumpamaan-perumpamaan ini semakin menambah keimanan orang-orang mukmin, tetapi orang-orang yang keras kepala dan sombong tidak bisa mengambil manfaat darinya kecuali untuk menambah kebutaan dan kesesatan mereka. Perumpamaan itu bisa dilihat dari satu sudut pandang, yaitu penjelasan atau pendekatan makna kepada siapa yang hendak memahami dan ingin sampai kepada hakikat, kebaikan, kehidupan, dan Allah.

Apakah perumpamaan cahaya Allah swt. dengan pelita yang terang dimaksudkan untuk menyerupakan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang diserupai? Mahasuci Allah dari itu. Itu tidak lebih sebagai penjelasan pemikiran dan pendekatan kepada penalaran. Allah swt. membuat perumpamaan-perumpamaan tersebut dalam Al-Qur’an untuk tujuan-tujuan ini.

‘Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Hasyr: 21)
Ikhwan sekalian…
Allah swt. telah membagi manusia menjadi dua kelompok berkaitan dengan sikap mereka terhadap perumpamaan yang dibuat oleh Al-Qur’an. Satu kelompok adalah orang-orang beriman yang keimanan mereka kepada ayat Al-Qur’an dan pengetahuan mereka tentang setiap perumpamaan yang ada di dalamnya semakin bertambah.

“Katakan, ‘Al Qur’an itu adalah petun-juk dan penawar bagi orangorang
yang beriman.’” (Fushilat: 44)

Satu kelompok lagi adalah orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang dengan adanya penjelasan itu justru menjadikan mereka semakin bodoh dan perumpamaan itu justru membuat mereka semakin mengolok-olok dan membangkang.

“Dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.” (Al-Isra’: 82)
“Dan tidak ada yang disesatkan Allah, kecuali orang-orang yang fasik.”
Allah swt. telah menyifati mereka sebagai orang fasik, kemudian berfirman mengenai mereka.

“(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh.”

Para mufasir mengemukakan banyak pendapat mengenai penafsiran dari “perjanjian Allah” di sini. Di antara mereka ada yang mengatakan “agama”, berdasarkan firman Allah,

“Bukankah Aku telah wasiatkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Yasin: 60)

Mufasir lain ada yang mengatakan, “Yang dimaksudkan adalah pengakuan tentang kenabian Muhammad saw,” karena hal itu tercantum dalam kitab-kitab mereka. Oleh sebab itu, ia menjadi suatu perjanjian yang mereka langgar akibat mengingkari kerasulan beliau saw., menutup-nutupi kandungan kitab mereka, dan menafsirkannya dengan penafsiran yang tidak benar, hanya mengikuti hawa nafsu dan tujuan-tujuan mereka.
“Dan mereka memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya.” (Al-Baqarah: 27)
Maksudnya adalah syariat-syariat yang menghubungkan antara Allah dan hamba-hamba-Nya. Tindakan mereka memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya ini, mengakibatkan mereka menyimpang dari jalan lurus.
Dengan nada heran dan menggunakan gaya pertanyaan retoris, Allah berfirman,

“Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kalian?” (Al-Baqarah: 28)

Maksudnya, bagaimana manusia bisa kafir kepada Allah dan tidak ingat akan nikmat-nikmat-Nya, padahal dahulu ia tidak berujud sesuatu?

“Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?” (Maryam: 67)

Beranikah manusia mengatakan,
“Sesungguhnya kami diciptakan secara kebetulan?” Artinya, kebetulanlah yang telah menyatukan sepasang suami-istri, menghidupkan kembali tulang-tulang yang telah remuk, dan menciptakan seorang manusia berakal yang sem-purna dari bahan baku tanah? Apakah manusia itu dilahirkan oleh alam?
Wahai Akhi…
Mereka itu dalam banyak situasi lupa akan kesalahan dan menghadap kepada Allah swt., sedangkan mereka tidak merasa. Cukuplah apabila manusia mau memperhatikan kandungan surat Ad-Dahr. Surat tersebut mengandung rahasia-rahasia alam dan menjelaskan kunci-kunci kehidupan manusia secara keseluruhan dalam kata “Kami mengujinya”.
Hendaklah manusia mau memperhatikan surat ini, agar ia mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah swt., keindahan karya-Nya, dan besarnya nikmat yang diberikan-Nya kepada manusia. Sebagian mufasir mengatakan, kata “matsalan (perumpamaan)” di ayat ini berarti: “teladan dan contoh” seperti dalam firman Allah swt.,

“Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan (teladan, contoh —pen.)” (Ay-Zukhruf: 57)
Namun, konteks kalimat di sini tidak sesuai jika diartikan demikian. Sebagian dari mereka mengatakan, “Bagaimana sifat malu bisa dipredikatkan kepada Allah?” Pertanyaan ini bisa dijawab,

“Bahwa semua sifat yang dipredikatkan kepada Allah swt. tidaklah serupa dengan sifat-sifat manusia, melainkan sekedar pendekatan kepada penalaran manusia tanpa penyerupaan dan tajsim.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (Asy-Sjura: 11)

Apa pun yang pernah terdetik di hatimu, wahai Akhi, maka Allah berbeda darinya. Ketidakmampuan mengetahui itulah pengetahuan.

“Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.” (Al-Israa’: 43)

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan segenap keluarga serta sahabatnya.

semoga bermanfaat untuk kita semua amiin..
Ya Allah Tunjukilah kami pada Jalan yang lurus..Jalan yang benar..jalan yang Engkau telah beri Nimat atas mereka, bukan jalan-jalan orang-orang yang sesat dan yang Engkau murkai

Read more...

Senin, 18 Januari 2010

Perbedaan antara Tumor dan Kanker

Tidak sedikit diantara kita sering salah kaprah dengan istilah kanker dan tumor, kedua istilah ini sepertinya kita anggap sama, kalau kita mendengar kata Tumor pasti dah dibenak kita beranggapan bahwa itu Kanker, nah bagi saudara-saudara sekalian yang ingin mengetahui apa sih perbedaan antara Tumor dengan Kanker silahkan baca artikel singkat dibawah ini, semoga bermanfaat.
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut kanker. Tumor adalah sebutan untuk segala benjolan atau gumpalan yang timbul pada tubuh, baik kelihatan dari permukaan tubuh atau tersembunyi. Sementara itu, kanker adalah suatu penyakit akibat pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal yang kemudian berubah menjadi sel-sel kanker.
Tumor dibagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak tumbuh lambat, bersimpai (mengandung kista), dan berselaput pembungkus, sehingga relatif tidak berbahaya dan mudah dioperasi atau diangkat. Tumor ganas adalah kanker yang tumbuh sangat cepat, tidak bersimpai, dan tumbuhnya menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Secara garis besar, kanker dibagi 4 jenis, yaitu:
1. Karsinoma, yaitu kanker yang tumbuh dan berkembang di sel epitel.
2. Sarkoma, yaitu kanker yang tumbuh dan berkembang di jaringan penunjang, seperti jaringan penunjang payudara.
3. Leukemia, yaitu kanker yang menyerang jaringan dan menghasilkan darah.
4. Limfoma, yaitu kanker yang menyerang jaringan limfa.

posted by PHADJARZ WUAHDJOEDY

Read more...

Kamis, 24 Desember 2009

DAFTAR ISI BLOG



l

Read more...

  ©Template by Dicas Blogger.

TOPO